The Tales of Beedle The Bard

Judul : The Tales of Beedle The Bard

Penulis: J.K. Rowling

Ilustrasi: J.K. Rowling

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Editor: Ramayanti

Alih bahasa: Nina Andiana & Listiana Srisanti

Jumlah halaman: 144 hal.

ISBN: 978-979-22-4421-2

Blurb

          Kisah-kisah Beedle si Juru Cerita (The Tales of Beedle The Bard) menceritakan lima dongeng beragam, dengan karakter magisnya masing-masing yang akan menghadirkan kegembiraan, tawa, dan ketegangan bagi para pembaca.

          Catatan tambahan untuk setiap cerita yang ditulis langsung oleh Profesor Albus Dumbledore pasti akan dinikmati semua orang, baik Muggle ataupun kalangan penyihir.

★★★

          The Tales of Beedle The Bard bisa dibilang merupakan spin off dari Harry Potter franchise seperti Fantastic Beasts and Where to Find Them.

          Meski begitu, J.K. Rowling piawai mengemasnya dengan aroma berbeda sehingga mereka yang tidak membaca buku Harry Potter pun bisa menikmatinya.

          Sebenarnya, The Tales of Beedle The Bard sudah sedikit disinggung dalam film Harry Potter and The Deathly Hallows, saat Hermione Jean Granger menerima salinan “The Tales of Beedle The Bard” dari mendiang Kepala Sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore. Maka, jangan heran bila ada kisah yang sudah sangat familiar di kalangan pecinta bocah sihir ini.

          Secara umum, dongeng mengajarkan tentang apa itu kebaikan dan bagaimana sebuah keburukan bisa terjadi dalam diri manusia. Begitu pun dalam The Tales of Beedle The Bard.

          Buku ini memuat lima cerita dari dunia sihir: Sang Penyihir dan Kuali Melompat; Air Mancur Mujur Melimpah; Penyihir Berhati Berbulu; Babbity Rabbity dan Tunggul Terbahak; serta Kisah Tiga Saudara. Ron Weasley bahkan sudah menyebutkan dua di antara lima kisah tersebut (meskipun Hermione dan Harry saat itu tidak menunjukkan respon).

          J.K. Rowling dalam The Tales of Beedle The Bard menuturkan, dalam dunia sihir sekalipun tidak jauh berbeda dengan dunia muggle—alias manusia biasa—selalu memliki orang-orang baik dan orang-orang yang tidak baik.

          Secara keseluruhan, kisah-kisah dari dunia sihir ini memesona saya. Padahal, saya bukan penggemar kisah bergenre fantasi namun bisa menemukan ketertarikan dalam karya J.K. Rowling ini. Penggambaran yang indah, bahasa yang tidak rumit dan jelas, pesan-pesan moral yang disampaikan cukup membuat saya berminat untuk mengikuti kisah Beedle berikutnya, bila ada.

          Catatan-catatan kaki yang (menurut J.K. Rowling) ditulis oleh Albus Dumbledore sendiri pun memiliki nilai lebih. Seolah-olah tokoh itu benar-benar nyata dan menuturkan komentarnya terhadap The Tales of Beedle The Bard. Bahkan, ada beberapa fun fact yang menarik. Misalnya tentang bagaimana Lucius Malfoy—yang ternyata masih belum berubah sedari dulu—menentang sebuah kisah yang menceritakan romansa muggle dan penyihir.


Salah satu catatan kaki yang ditulis oleh Dumbledore membuat saya tahu tentang Brutus Malfoy, editor Warlock at War yang pada tahun 1675 menulis:

Hal ini dapat kami sampaikan dengan yakin: penyihir yang menyukai masyarakat Muggle adalah penyihir yang memiliki intelegensi rendah, berkemampuan sihir sangat kecil dan menyedihkan sehingga mereka hanya dapat merasa superior ketika dikelilingi para Muggle.

Kesukaan kepada lingkungan nonsihir adalah tanda paling jelas bahwa penyihir-penyihir ini memiliki kemampuan sihir yang sangat lemah.

(Halaman 38)


Ya, sepertinya generasi Malfoy memang memiliki alergi terhadap Muggle dan itu jelas menurun sampai ke cucunya (yang tampan), Draco Malfoy. Tidak cukup dengan tulisan tersebut, salah satu keturunan Malfoy yang juga membenci manusia biasa, Lucius Malfoy, menyerang Albus Dumbledore dengan tujuan menjatuhkannya dari kursi Kepala Sekolah Hogwarts.

Catatan-catatan sejenis ini secara tidak langsung memberi tahu bahwa sekalipun dalam dunia sihir, banyak tulisan yang berpotensi menjadi sebuah kontroversi dan tidak disukai beberapa pihak. Sekalipun dongeng, beberapa orang dewasa rupanya takut kalau kisah-kisah pengantar tidur tersebut memeranguhi pola pikir anak-anak yang mungkin tidak sejalan dengan prinsip orang tua. (Bisa bayangkan kalau Draco tumbuh menjadi pria pecinta Muggle? I can imagine how furious Lucius will be.)

Kebijaksanaan serta pendirian Dumbledore terhadap nilai-nilai yang digenggamnya, menjadikan The Tales of Beedle The Bard kokoh dalam versi asli yang ternyata disukai anak-anak dan menjadi salah satu buku populer. Meski beberapa penulis mencoba mengubah versi aslinya–seperti Beatrix Bloxam–dan sayang sekali ternyata kebanyakan anak justru ingin muntah dan meminta untuk menyingkirkan buku itu. Malah, meminta juga untuk menjadikannya bubur kertas.

Ini membuktikan, sebuah kisah asli, meski bertentangan dengan keadaan atau pemikiran beberapa orang, bila disampaikan dengan maksud baik dan kerendahan hati, keberadaannya tetap mendapat tempat di hati pembaca yang mengerti akan nilai-nilai luhur yang disampaikan. Beedle yang menyebarkan kasih sayang terhadap Muggle, menuang kisah bijak nan manis agar penyihir hebat dari keturunan murni, bisa menurunkan (atau bahkan menghilangkan) kebencian mereka dan menggunakan kekuatan itu sebagai kebaikan.

Dan, bukankah itu juga yang kita alami di dunia nyata?

          Hal lain yang membuat saya puas membeli buku ini adalah, royalti yang ditujukan untuk amal ke Children’s High Level Group (CHLG). Badan ini merupakan yayasan amal yang didirikan oleh J.K. Rowling dan Baroness Nicholson. Seperti yang diinformasikan dalam buku, yayasan ini berkampanye untuk melindungi dan mempromosikan hak-hak anak, serta membuat kehidupan anak-anak yang rentan menjadi lebih baik.

          Ini membuktikan betapa J.K. Rowling begitu memerhatikan isu sosial di sekitarnya dan tidak abai terhadap hal tersebut. Bagi seorang penulis, saya rasa salah satu prestasi tertinggi adalah ketika tulisan tersebut dapat menolong banyak orang dan saya rasa J.K. Rowling menemukan kepuasan juga kebahagiaannya lewat The Tales of Beedle The Bard.

          Sebuah cara yang menyenangkan ketika tahu Anda membaca sekaligus berdonasi. Mengapa tidak? Dan lagi, buku ini layak masuk sebagai koleksi di rak buku pembaca.

          Rate: I give ★★★★★ happily. And I hope, all children in the world will smile widely, more.

Regards, N. Eka P.img1492471943816

Leave a comment